Halo rekan rekan semua.
Hari ini, tanggal 10 Oktober merupakan peringatan hari kesehatan mental sedunia. Sehubungan dengan itu, admin ingin memberikan sedikit penjelasan nih tentang self-harm. Apa sih self-harm?
0 Comments
Haii.. Teman-teman ada yang suka berolahraga? Kalo kalian suka bahkan jadi hobi, maka bersyukurlah karena olahraga membuat kalian lebih bahagia. Olahraga bisa menjadi media untuk mengurangi stress sekaligus menjadi moodbooster lohh. Penasaran kayak gimana? Kali ini admin mau berbagi tentang manfaat olahraga bagi psikologis. Check it out! “Mensana in corpore sano”.. Teman-teman pernah mendengar istilah tersebut? Yap. Di balik tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Hal tersebut seperti membingungkan pada awalnya. Namun admin telah membuktikan logika tersebut. Hai semuanyaa...
Apa kabar nih? semoga dalam keadaan baik dan masih bisa terus berkarya ya. Sekarang kita mau bahas sesuatu yang mungkin pernah kalian denger nih, terutama buat yang berada di lingkungan jurusan psikologi atau psikologi perkembangan. Yup, kita bahas Innerchild. Beberapa orang pernah menyatakan kalo innerchild berkaitan sama hal negatif. Nah loh. apa iya? Sebelumnya di beberapa artikel lain atau di bahasan-bahasan filosofi ruang hati, sering kita dengar istilah support system. Tapi apa sih support system itu?
Support system berarti sistem dukungan. Sistem adalah seperangkat komponen yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan dalam support system tidak lain adalah dukungan itu sendiri. Contohnya apa nih? Misalnya seseorang yang dirawat. Sakitnya cukup parah sehingga membutuhkan alat-alat dari rumah sakit untuk membantu kesembuhannya. Dokter dan para perawat hadir untuk memberikan pelayanan kesehatan. Teman teman dan keluarga pun memberikan dukungan moril. Semua unsur tersebut menjadi support system untuk memberikan dukungan demi kesembuhan orang tersebut. Kenapa sih manusia butuh support system? Introvert.. Ekstrovert.. Introvert.. Ekstrovert.. Sebenernya aku tuh masuk kategori mana sih? Atau mungkin Ambivert kali ya? Sekarang, banyak banget nih yang mempertanyakan sebenernya aku ini masuknya tipe apa. Sampai ada yang nyobain bermacam tes kepribadian baik offline maupun online. Dan sekarang pun banyak banget seliweran beragam jenis tes kepribadian semacam MBTI, what kind of thinker, bahkan sampe kepribadian berdasarkan golongan darah. Nah dari sekian banyaknya tes itu, diantaranya tipe ekstrovert dan introvert ini yang banyak dibahas. Katanya sih yaa. Katanya, banyak yang bilang kalo kepribadian introvert itu adalah kepribadian yang pendiem, gamau interaksi sama orang-orang, ga banyak keluar rumah, pokoknya jarang sosialisasi gitu. Terus ekstrovert sebaliknya, katanya orang ekstrovert itu banyak gaul, pasti bagus jadi pemimpin, banyak jadi pembicara, senang bergaul di lingkungan yang ramai. Kalian pasti banyak yang manggut-manggut pas baca ini. Bilang “iya ini gue banget” apalagi pernah tes online gitu. Iya kaan? Bahkan ada yang bilang kalo diantara kedua hal ini, ada juga ambivert. Tengah-tengah antara si intro dan si ekstro. Tapi iya gitu bener? Yakin? Jadi penjelasan yang benernya adalah.. Halo gaes. Sadar gak sih, sekarang banyak banget pembahasan move on di sosial media. Tapi apa sih yang dimaksud move on?
"Ya intinya lo dapet pacar baru" "Move on itu ya lu ngelupain masalalu terutama si mantan yang menyakitkan.." "Move on,, hemm.. itu saat kamu mengganti luka lama dengan kebahagiaan.." Itulah beberapa definisi dari orang-orang tentang move on. Nah ternyata dari beberapa orang lain yang juga memberikan penjelasan serupa, ternyata mereka mendefinisikan move on itu sebagai suatu waktu atau masa ketika kita mengganti luka di masa lalu dengan kebahagiaan terutama luka karena hubungan percintaan yang menyiksa bersama sang mantan. Nah itu kan pendapat dari beberapa orang berdasarkan pengalaman dan mungkin sekarang masih galau, tapi seperti apa sih move on dari sudut pandang psikologi. Setiap orang memiliki episode kehidupan yang tidak sesuai dengan harapannya. Katakanlah kamu sekarang adalah seseorang yang menyimpan luka hati yang tertoreh dalam dada dan belum terobati. Luka itu perlahan membentuk dirimu menjadi pemarah atau pembenci atau pendendam pada sebuah moment atau suatu hal atau seseorang.
Atau… Kamu cenderung menjadi seseorang dengan kepribadian pemarah, mudah sekali marah, begitu sensitif, reaksi negatif begitu mendominasi setiap merespon suatu masalah, bahkan terkait soal sepele sekalipun. Dan kamu begitu berat untuk memaafkan hal/ orang bersangkutan. Jika memang begitu keadaannya maka itu artinya kamu memang belum bisa memaafkan dan itu adalah masalah yang sebaiknya kamu atasi segera sebelum luka itu merusak kesehatan jiwa, pikiran dan kehidupanmu. Yakin sudah mampu memaafkan? “Aku ingin bertemu seseorang yang bisa menerima aku apa adanya” “Aku pengen banget dicintai orang apa adanya” Kalimat-kalimat semacam ini sering kita dengar. Atau mungkin beberapa dari kita pernah ada yang punya pemikiran serupa dengan kalimat barusan. Iya gak sih? Seneng ya kayaknya kalo bisa ketemu orang yang bisa mau nerima kita dengan keadaan dan kebiasaan kita. Apalagi kalo pasangan kita itu cantik cantik, ganteng ganteng, soleh, soleha, santun, perhatian, baik hati. Hayoloh mulai pada ngayal kemana mana kan. Tapi apasih yang dimaksud dengan apa adanya itu? Pernahkah kita berada dalam situasi sangat menginginkan dan mendambakan sesuatu? Pengen ini, pengen itu. Lalu tiba-tiba ketika kita memutuskan ingin membeli atau memiliki atau melakukan yang kita inginkan itu, orang tua dan sahabat kita nanya ke kita “ngapain pengen dan punya itu?” “emang kamu bener-bener butuh gitu?” Trus sering banget ngga sih kita denger saran atau nasihat dari orangtua kita, “mesti bisa membedakan mana yang keinginan dan mana yang bener-bener jadi kebutuhan, supaya kita tahu prioritas hidup kita”. Tapi, masalahnya emang kita tau gitu apa bedanya antara kebutuhan dan keinginan? Gimana cara membedakan dan mendeteksi keduanya? Nah, simak baik-baik artikel ini yaaah.. Persaman dari kebutuhan dan keinginan adalah dia sama-sama membuat kita terdorong untuk bergerak dan melakukan sesuatu. Artinya, mau itu keinginan atau kebutuhan, dia sama-sama punya efek motivasi, yaitu sebuah keadaan psikologis yang membuat kita terdorong untuk bergerak atau melakukan sesuatu. Jadinya, penting buat kita nih untuk punya yang namanya keinginan dan kebutuhan, karena dia ngasih hal-hal yang mendorong kita untuk bergerak dan melakukan sesuatu Persamaan-nya cuma itu doang, satu aja. Sementara perbedaan mendasarnya ada dua. Pertama, dilihat darimana ia berasal. Kebutuhan itu selalu merupakan bawaan, dan karena sifatnya bawaan, dia jadinya akan mempengaruhi fisik kita. Misalnya makan, yang terpenting kan makan. Sementara keinginan itu bukan bawaan, tapi ia buatan. butuh makan es krim, butuh kopi untuk moodbooster, itu bukan butuh, tapi keinginan. Kedua, dilihat dari dampaknya bila ia tidak terwujud atau ngga jadi kenyataan. Kalo keinginan, jika ia tidak terwujud dan ngga jadi kenyataan, biasanya ngga akan terlalu berpengaruh terhadap kehidupan kita. Ngga akan ada yang ilang, ngga akan merasa rugi, dan secara fisik dan psikologis kita akan baik-baik aja kalo keinginan itu memang ga tercapai. Kalopun ada masalah di psikologis, itu karena kekecewaan aja karena keinginan tidak tercapai. Tapi lain halnya dengan kebutuhan. Jika ia tidak terwujud dan tidak terpenuhi, biasanya bukan hanya gelisah secara psikologis, si aspek fisik juga biasanya ikut terpengaruh. Artinya gimana? kebutuhan jika tidak dipenuhi akan membuat diri kita bermasalah baik itu secara fisik maupun psikis contoh: Makan, kira-kira keinginan atau kebutuhan? Makan steak wagyu di cafe, keinginan apa kebutuhan? Dari sini, mulai kebayang kah apa bedanya keinginan dan kebutuhan? Yuk kita mulai cerdas membedakan mana KEINGINAN dan mana KEBUTUHAN. [Ditulis oleh: Zein Permana Editor: Bayu] Haloo.. Kamu udah baca artikel sebelumnya kan? Nah kamu udah tau belum apa itu ‘toxic relationship’? yaa sekilas toxic relationship itu hubungan yang cuma jadi racun buat hidup kamu. Hubungan yang harusnya membahagiakan dan harmonis malah menjadi penderitaan tiada henti. Si dia yang harusnya jadi penyemangat malah jadi moodbreaker. Kamu yang dikaruniai nikmat tubuh yang sehat, nikmat keluarga yang sayang sama kamu, nikmat sahabat-sahabat yang selalu support kamu, jadi gak bisa nikmatin itu semua. Nah untuk lebih jelasnya apa itu toxic relationship? Gimana ciri-cirinya? Apa penyebabnya? Dan bagaimana dampaknya? Cuss kita bedah satu persatu.
Jadi ada dua orang yang sepakat untuk menjalin hubungan satu sama lain yang bersifat dua arah. Namun selama proses berhubungan hanya memberikan dampak yang buruk, menyakiti salah satu atau kedua belah pihak, dan membuatnya terjebak dalam penderitaan tiada henti. Lalu gimana sih caranya kamu tahu kalo hubungan kamu sama si dia itu toxic atau bukan? Ini dia ciri-cirinya kalo hubungan kamu itu toxic: |
PhilosopherPhilosopher adalah anggota Filosofi Ruang Hati yang berkontribusi melalui karya dan prestasinya Archives
February 2021
Categories |