Pertama kali memasuki bangku SMA, aku memutuskan untuk jatuh cinta. Awalnya aku tidak mengenal apa itu cinta, sampai kemudian Aku menemui masa benar-benar dibutakan oleh cinta. Entah kenapa Aku bisa jatuh cinta kepadanya, padahal sebelumnya Aku berusaha menutup hatiku rapat-rapat.
Perasaan cinta ini aku ungkapkan melalui perhatian kepadanya. Entah itu membuat dia paham maksudku atau justru malah membuat dia risih. Aku melakukan ini selama hampir dua tahun setengah. Aku berjuang sendiri tanpa kepastian apapun. Disebut teman bukan, disebut pacar juga bukan. Tapi mau bagaimana lagi, Aku sudah terlanjur jatuh cinta. Yah walaupun hal ini membuatku risih dengan diri sendiri. Karena bagaimana tidak, karena jatuh cinta ini Aku jadi tidak mempedulikan rasa maluku dihadapan dia dan teman-temanku. Lebih jauh daripada itu, kondisi psikisku juga jadi memburuk. Aku sering menangis hanya karena dia tidak membalas perasaanku, teman-temanku menjadi risih padaku karena melihat Aku yang terlalu jatuh cinta kepada dia yang sama sekali tidak mempedulikan persaanku. Malu sekali rasanya. Setelah dua tahun setengah itu, akhirnya aku memutuskan untuk mpve on. Aku berusaha untuk janji kepada diri sendiri, berkomitmen bahwa Aku harus bisa move on dan akhirnya Aku berhasil. Yah meskipun terkadang masih ingat masa-masa ketika Aku sangat jatu cinta padanya, namun kemudian Aku kembali tersadarkan kalau jatuh cinta terlalu berlebihan itu tidak baik. Beberapa bulan setelahnya, Aku bisa merasakan kebahagiaan lagi. Legaaa sekali pikiran ini, seperti tidak ada beban sama sekali. Beberapa dari temanku ada yang berhasil menyatu ketika membuka hatinya untuk lawan jenis, tapi tidak denganku. Aku selalu gagal, maka dari itu Aku memilih untuk tidak jatuh cinta dulu. Yah Aku percaya kalau Allah SWT sudah mengatur ini semua supaya Aku tidak berpacaran. Selama SMA sampai kuliah, Aku hanya mencintai dua kali. Prinsipku ketika Aku memutuskan untuk jatuh cinta yaitu "Aku harus setia ke orang yang aku pilih, dan aku tidak akan meninggalkan dia, sebelum dia menyakiti". Itu prinsip yang Ibu ajarakan kepadaku. Dari hal ini Aku mempelajari beberapa hal, jangan jatu cinta secara berlebihan apalagi kepada orang yang belum menjadi jodoh kita. Tulus lah dalam mencintai seseorang, karena itu akan menyelamatkan kita dari sakitnya pengharapan ketika harapan itu tidak sesuai dengan kenyataan. Ikhlas, tidak meminta imbalan dan balasan kepada orang yang kamu cintai. Selain itu, jaga juga rasa malu mu, karena itu yang akan menjaga kehormatanmu. Satu hal lagi, "Pada akhirnya, hidup ini adalah tentang sebuah pilihan. Maka dari itu, lakukan apa yang menurutmu baik, dan tinggalkan apa yang menurutmu buruk. Karena, kita harus bijak dalam memilih ". - R, 21 Tahun
0 Comments
Halo penghuni ruang hati!
Apa kabar? Semoga semua dalam keadaan yang baik-baik ya. Beberapa waktu terakhir kita dihebohkan dengan isu-isu kesehatan diantaranya wabah penyakit korona yang banyak menyerang orang-orang. Setelah itu, barulah banyak spekulasi tentang darimana penyakit itu muncul seperti salah satunya dugaan bahwa penyakit ini muncul karena banyaknya perilaku mengonsumsi hewan liar. Tapi apakah hal tersebut benar? Bicara tentang hewan, bicara tentang tumbuhan. Kita mungkin selama ini lupa bahwa kita hidup dari alam. Bahkan bangunan kokoh yang sehari-hari kita injak pun bahan-bahannya berasal dari alam. Begitu pula makanan, yang sekarang seringkali kita lupakan kadar manfaatnya, kadar gizinya. Kita makan apapun yang kita rasa enak padahal sejatinya makanan yang menyehatkan berasal dari alam. Atas masalah-masalah kesehatan ditambah bencana alam yang sering terjadi, kita baru tersadar pentingnya alam dan kelestariannya serta apa dampaknya untuk kita. Mungkin kita terlalu sibuk membangun rumah mewah, hingga lupa bahwa tanaman masih perlu akar. Mungkin kita terlalu pusing dengan kendaraan-kendaraan keren hingga lupa tentang polusi. Mungkin kita terlalu egois hingga lupa bahwa alam adalah tempat kita untuk kembali pulang. Bagaimana caranya supaya lebih peduli dengan alam? Yuk simak penjelasan dan ilmu dari @inarisnadewi, salah satu alumni kegiatan My Life Philosophy yang berfokus mengajak kita peduli dengan alam. Halo Penghuni Ruang Hati!
Pernah nggak kalian merasa keberadaan kalian tidak dibutuhkan? Merasa belum memberi kontribusi dan pengaruh apapun pada orang lain. Ada yang punya masalah, tapi nggak pernah bisa bantuin. Mau bantu tapi bingung gimana cara bantunya? Terus bingung ketika ditanya hal-hal semacam “mau kuliah jurusan apa?” “Setelah lulus mau apa?” Mungkin kalian punya alasan tersendiri ketika bingung mau jawabnya. Coba.. apa yang dibingungkan? Kalian bisa kuliah atau kerja sesuai dengan minat dan bakat kalian kan? Atau.. kalian masih bingung punya bakat apa? Wah-wah. Hati-hati lhoo.. kalau misalkan kalian bingung dengan bakat apa yang kalian miliki, nanti kalian bisa kehilangan arah untuk melangkah. Hal ini juga bisa membuat kalian berpotensi untuk beriri hati pada orang lain. Lihat orang lain yang bisa nyanyi, merasa iri. Karena kalian pengen tapi merasa gak berbakat disana. Lihat orang lain berprestasi karena pintar masak, malah membandingkan sama masakan buatan kalian. Kok kayaknya jauh banget ya? Hmm hati-hati. Lama-lama kebiasaan itu bisa bikin iri hati, gak punya tujuan, buang-buang waktu buat ngulik-ngulik penyesalan dan malah akhirnya nggak berkembang. Selain itu, kita juga nanti malah bisa jadi depresi karena terus nyari potensi diri. Bingung punya bakat di bidang apa. Padahal.. gak semua bakat itu muncul dengan sempurna lho. Tapi diiringi dengan usaha. Dan juga, sebenarnya kalian bisa aja punya potensi dari hal-hal sederhana yang biasanya kalian remehkan. Kalian terlalu punya ekspektasi dan standar yang tinggi terhadap diri sendiri. Kemudian akhirnya zonk. Jadi.. belum tentu kalian gak punya bakat. Kalian aja mungkin yang terlalu tertutup, terlalu memaksakan diri, terlalu keras sama diri. Penasaran dengan apa bakat kalian? Bisa nih tanya-tanya salah satu philosopher yaitu Salma Pranita yang sekarang berfokus untuk bantu teman-teman semua yang seusianya untuk bisa menemukan bakat yang dimiliki. Yuk kepoin ignya di @salmapranazz Pernahkah kalian mengalami suatu kejadian yang mengubah hidup kalian?
Misalkan setelah putus rasanya dunia runtuh menimpa dan membuat semuanya terasa hampa. Atau mungkin ketika diterima kerja di tempat yang diinginkan rasanya dunia dalam genggaman. Pernahkah kalian merasa dunia tidak adil? Rasanya keberuntungan tidak pernah berpihak kepadamu. Orang-orang yang berada di sekitarmu jahat karena tidak pernah menanyakan kabarmu. Tapi sadarkah kalau ada juga orang dengan permasalahan yang sama dengan apa yang kita alami, namun merespon dengan berbeda? Ada orang yang mengeluh karena hujan terus sementara satu orang lagi justru tersenyum penuh kebahagiaan. Kenapa sih bisa begitu? Ternyata karena sudut pandang. "Dunia ini netral sampai sudut pandang kita yang mengubahnya" Seperti hal tersebut yang dijelaskan oleh Dini Restiani, salah satu philosopher yang berfokus untuk membantu teman-teman untuk menemukan sudut pandang terbaik dalam memaknai suatu masalah. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada 'dunia yang tidak adil', tidak ada 'orang-orang yang tidak punya hati' Tapi mungkin kita belum menemukan sudut pandang terbaik dalam memaknai hal tersebut. Penasaran? Simak terus postingan dari @dr.dinirestiani yang ada di instagram untuk mengetahui lebih lengkapnya |
PhilosopherPhilosopher adalah anggota Filosofi Ruang Hati yang berkontribusi melalui karya dan prestasinya Archives
February 2021
Categories |