Jika sesuatu terjadi kemudian tidak sesuai harapanmu, bagaimana reaksimu? Tak jarang reaksi tidak tepat membuat masalah jadi lebih rumit padahal persoalannya sepele banget. Kok bisa begitu ya? Tahu gak sih bahwa semua kembali pada kemampuanmu dalam mengatasi masalah dan cara berkomunikasi. Dunia psikologi sering menyebutnya problem solving atau kemampuan mengatasi permasalahan. Keterampilan dalam mengatasi permasalan juga bisa diasah dengan melakukan 4 tahapan mengatasi masalah di bawah ini. Sebelum memulai 4 tahapan tersebut, Kamu harus sudah bisa memahami dan membedakan antara mana perasaan dan mana kenyataan pada permasalahan yang dihadapi. Supaya kamu gak keder dan bingung, baca artikel pada tautan ini : Yuk, Cerdas Membedakan Antara Kenyataan dan Perasaan. Jika kamu sudah bisa membedakan realitas faktual dan realaitas psikologis kemudian… 4 Tahapan Mengatasi Masalah Perasaan diantaranya:
0 Comments
Haloo.. Kamu udah baca artikel sebelumnya kan? Nah kamu udah tau belum apa itu ‘toxic relationship’? yaa sekilas toxic relationship itu hubungan yang cuma jadi racun buat hidup kamu. Hubungan yang harusnya membahagiakan dan harmonis malah menjadi penderitaan tiada henti. Si dia yang harusnya jadi penyemangat malah jadi moodbreaker. Kamu yang dikaruniai nikmat tubuh yang sehat, nikmat keluarga yang sayang sama kamu, nikmat sahabat-sahabat yang selalu support kamu, jadi gak bisa nikmatin itu semua. Nah untuk lebih jelasnya apa itu toxic relationship? Gimana ciri-cirinya? Apa penyebabnya? Dan bagaimana dampaknya? Cuss kita bedah satu persatu.
Jadi ada dua orang yang sepakat untuk menjalin hubungan satu sama lain yang bersifat dua arah. Namun selama proses berhubungan hanya memberikan dampak yang buruk, menyakiti salah satu atau kedua belah pihak, dan membuatnya terjebak dalam penderitaan tiada henti. Lalu gimana sih caranya kamu tahu kalo hubungan kamu sama si dia itu toxic atau bukan? Ini dia ciri-cirinya kalo hubungan kamu itu toxic: Tulisan ini sebenarnya dibuat tanggal 22 Januari 2019. Wow, sudah enam bulan yang lalu ternyata. Tapi tak apa, aku mau berbagi cerita tentang bagaimana akhirnya bisa ‘bebas’ dari ‘jeratan’ toxic relationship. [22 Januari 2019] Beberapa bulan belakangan ini, aku lagi concern mendalami salah satu topik yang hangat dibicarakan, yaitu toxic relationship. Topik ini menarik bagiku karena aku sendiri lagi berjuang untuk keluar dari toxic relationship yang dijalani cukup lama yaitu 3 tahun. Awalnya aku enggak tahu kalau hubungan yang sedang dijalani itu merupakan toxic relationship sampai aku baca instastory @zeinpermana dan @ladywitts tentang ciri-ciri toxic relationship. Habis itu aku evaluasi tuh, kira-kira ciri-ciri tersebut ada enggak ya dalam hubungan aku. Tahu enggak kalo hasilnya mengejutkan banget? Dari semua ciri yang disebutkan di instastory @zeinpermana dan @ladywitts, 95% nya ada dalam hubungan itu. Huhu sedih akutuh L . Btw kalo mau tau ciri-cirinya apa aja, cek langsung ke highlight instagram @zeinpermana & @ladywitts. Karena jangan-jangan hubungan yang kamu jalani juga toxic lho hehe. Setelah aku sadar kalo hubungannya ternyata se-toxic itu... Berkaitan dengan artikel tentang penjelasan toxic relationship dan juga tentang contoh pengalaman toxic, sekarang kita akan bahas gimana tipsnya. Ini menjawab banyak pertanyaan semacam: “kang, aku tuh punya pacar yang udah lama sama aku, tapi dia tuh sering kasar..” “dia tuh sering melarang aku..” “dia tuh suka ngancem kalo aku minta putus..” Kalian lahir dari cinta dan kasih sayang bapak dan ibu, Mama Papa, Mami Papi, Ayah Bunda, Umi abi kalian yang tentunya sudah sangat menjaga kalian baik-baik. Masa kalian mau terima aja sih ketemu sama orang yang baru kenal kalian di sekolah, di pergaulan, di kuliahan, atau mungkin kenalnya lewat sosmed. Terus dibikin nyaman, terus mau aja gitu disakitin? Kalian bukan tercipta buat disakitin. Kamu tuh gabisa diginiin. 9 bulan dikandung, dilahirin, dibesarin, masa begitu ketemu orang asing seenaknya disakitin. Lalu untuk kalian yang pada akhirnya merasa sudah lelah dengan semua itu, dan mau melangkah tapi bingung gimana langkah pertamanya, mungkin kalian bisa melakukan beberapa langkah berikut: Tidak melulu mulus, hubungan dengan orang terdekat seringkali menjadi runyam akibat salah paham atau miskomunikasi, bahkan itu terjadi karena persoalan sepele. Terlebih masalah menjadi kian buruk jika kita keliru mempersepsikannya. So, di sini kamu perlu membedakan antara kenyataan dan perasaan. Tahukah kamu semua kejadian yang kamu hadapi/ alami tidak terlepas dari kemampuanmu berpersepsi? Persepsi adalah aktivitas / proses memaknai ‘dunia’. ‘Dunia’ meliputi dua hal yang tidak bisa dipisahkan, yaitu: kenyataan dan perasaan. Pendek kata, setiap masalah yang terjadi akan lebih mudah teratasi jika kita bisa membedakan mana kenyataaan dan mana perasaan. Jangan Keliru, Kenali dan Bedakan antara Kenyataan dan Perasaan dalam setiap masalahmu! Pernah nonton avengers? Atau mungkin film-film dari Marvel Cinematic Universe lainnya yang juga masih berkaitan? Baiklah, kita gak akan promosi film itu atau mendukung film-film tentang jagoan itu, tapi sebagian orang mungkin sudah memahami atau merasakan atmosfer serupa dengan film tersebut. Pernah merasakan kalau punya kekuatan super itu menyenangkan? Membantu orang lain itu menyenangkan? Pernah kan? Aku juga begitu. Asyik ya rasanya ketika membayangkan dari tangan kita bisa keluar listrik, api, air, angin. Rasanya akan sangat memudahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Atau mungkin bisa memindahkan barang tanpa menyentuh? Lari dengan cepat atau berpindah tempat dalam sekejap? Membaca pikiran orang lain? Menyenangkan ya rasanya ketika punya suatu kelebihan dan bisa memaksimalkan hal itu. Aku terpilih sebagai Avengers itu. Bukan Avengers yang punya kemampuan yang aneh-aneh yang diluar batas logika ya. Aku masih makan nasi, masih buang air, dan masih sakit kalau badannya kebanting banting (Mengingat agak aneh kalo nonton film superhero kayak gitu. Aneh gak sih ngeliat manusia bisa segitu fokusnya adu jotos tapi gak ada yang sempet makan atau ke toilet gitu). Avengers versi kami disebut ‘Philosopher’. Siapa itu Philosopher? Kami adalah orang-orang dengan beragam latar belakang yang juga memiliki potensi dan keunikan masing-masing. Ada yang masih kuliah, ada yang udah kerja, ada yang udah berumah tangga, ada pria, dan ada wanita. Rumahnya pun tersebar, tidak di satu tempat. Kami dikumpulkan oleh ‘Nick Fury’ kami sendiri, Kang Zein Permana. Kang Zein ini matanya masih sehat dua duanya (Cuma minus aja kali ya kang? Intinya ngga ditutupin satu apalagi dua duanya), dan bukan orang yang terbiasa dar der dor nembak musuh atau lawan villain seperti Nick Fury di film. Hanya seorang biasa yang merasa miris melihat banyaknya problematika people jaman now mengenai relasinya. Baik relasi dengan teman, pacar, keluarga, dan lingkungan sekitarnya. Nah melihat hal itu, terpikirkanlah oleh beliau untuk membuat tim dalam menyelesaikan misinya. Seperti yang kita ketahui, Nick Fury butuh Avengers, Charlie butuh angelnya, dan tentu Kang Zein pun membutuhkan orang-orang yang bisa menjadi support system dalam mencapai misinya. Terus apa hal pertama yang dilakukan? Ketemuan lah. Seperti yang kita ketahui (atau Cuma aku doang gitu yang nonton Avenger?), Di film The Avengers yang pertama aja, si superhero yang masing masing udah punya kekuatan super gak bisa mencapai tujuan kalau belum satu visi. Iya kan? Masing-masing rudet sama masalah yang dibawa dari rumah. Si Hulk tempramen, si Captain pikirannya terlalu kolot, dan Tony juga ngerasa punya uang banyak. Thor? Dia ngerasa dewa dan lebih diatas yang lainnya. Si Black Widow pusing sebagai cewek sendiri, dan si Hawkeye, bingung harus gimana. Jadi tentunya harus briefing dulu. Kami ketemu perdana tanggal 4 April 2019 di foodcourt Lucky Square pagi-pagi. Aku datang duluan karena takut telat (soalnya dari luar kota). Nggak lama, akhirnya Pawangnya datang kemudian disusul yang lain-lainnya. Ngapain? Tentunya selain bahas visi misi kami dalam tim ini, kami juga menyadari bahwa kami juga perlu dibersihkan. Maksudnya ya, mungkin ada beberapa hal yang juga perlu dibenahi dalam diri supaya bisa lebih maksimal dalam pencapaian ini. Kami menikmati pertemuan ini. Seriusan deh. Boleh tanya mentari yang menembus jendela itu atau nanya si mamang yang bebersih disana. Ngga kerasa tiba tiba udah selesai aja. Bukan berarti obrolan kami kosong sih. Kami membahas banyak hal berkaitan dengan konsep relasi tapi dengan cara asyik yang banyak haha hehenya. Jangan dikira kepala kami ngga ngebul lho. Menyadari bahwa selain Thanos yang melenyapkan separuh populasi bumi, remaja-remaja dan another people yang masih terjebak dalam konsep relasi yang salah pun bisa menjadi ancaman yang menyamai hilangnya setengah populasi itu. Jangankan setengah, seisi rumah kamu atau seisi kelas di sekolah dan tempat kuliahan kamu juga bisa ‘lenyap’ lho kalo konsep relasinya salah dan masih penuh toxic. Maka dari itu, sekarang kami merancang banyak rencana untuk membantu kalian. Kalian juga bisa jadi Avengers itu kok. Gimana caranya? Mungkin itu ya yang terus menerus menuhin DM ke Kang Zein tuh. Nah, cara termudahnya itu ya kembangin potensi yang kalian miliki sekarang. Gak harus bener-bener kayak Avengers, tapi optimalkan potensi itu. Gimana cara memaksimalkan tuh? Yaa, tentunya jangan lupa untuk selalu baca-baca web dan media sosial kami, follow akun kami, ikutin kegiatan kami yang online maupun offline. Yakin deh, kamu bisa kebantu dalam menyelesaikan beban-beban di ruang hati kamu. Ohiya, kenapa filosofi ruang hati? Karena ruang hati merupakan hal abstrak dalam diri yang bisa mengontrol sikap kita. Lengkapnya, nanti ada penjelasan terpisah ya. Sekian dulu artikelnya. Jangan lupa untuk follow media sosial kami, dan kami sangat nunggu kalian, calon-calon ‘Avengers’ versi kalian sendiri yang mau sharing atau nanya nanya sesuatu. Baiklah, sampai jumpa di artikel berikutnya yaa! [Bayu] |
PhilosopherPhilosopher adalah anggota Filosofi Ruang Hati yang berkontribusi melalui karya dan prestasinya Archives
February 2021
Categories |