Di usiaku yang sudah seperempat abad, melihat teman-teman lain sudah menikah membuatku ingin juga mendapatkan pendamping yang sesuai dengan harapanku.
Sebelumnya, Aku pernah menjalin hubungan dengan laki-laki non muslim yang pada akhirnya mengharuskan kami untuk berpisah. Sejak itu, Aku tak pernah lagi menemukan seseorang yang cocok, sampai kemudian aku bertemu Dia, lelaki yang menurutku baik, bertanggung jawab, dan sudah cukup mapan. Kemudian kami akhirnya memutuskan untuk menjalin hubungan romantis. Awal hubungan sih kami baik-baik saja, rasanya indah sekali dan sepertinya masa depan terasa sangat dekat sampai Aku yakin bahwa pernikahan ada di depan mata. Tiba-tiba, Aku menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh dari diri Dia. Aku mencari tahu apa yang aneh itu sampai kemudian menemukan fakta yang sangat mengejutkan. DIA... PERNAH... MENIKAH... DAN... BELUM... BERCERAI... Lalu Aku mengklarifikasi langsung hal ini kepada yang bersangkutan. Dan benar saja, memang seperti itu kenyataannya. Katanya, dia memang sudah menikah namun Ia merasa tertipu oleh istrinya yang ternyata sudah pernah menikah dan memiliki anak. Herannya, setelah Aku tahu bahwa dia sudah memiliki istri, Aku masih meneruskan hubungan kami. Tidak berhenti di situ, masih ada keanehan lain yang Aku curigai. Kebohongan dia, utang dia, dan lain-lain. Hal itu membuatku overthinking, dan saking overthinking-nya, Aku menjadi sering mengonsumsi obat penenang dan obat tidur. Namun, ada satu hal yang membuatku tidak begitu saja meninggalkan Dia. Ketika Dia kedapatan berbohong bahkan selingkuh, Dia selalu berhasil menenangkanku dan membuatku luluh. Lama-lama, hal ini sempat membuatku depresi. Tapi ya ini juga salahku sih, karena Aku terlalu membiarkan hati dan diriku dikuasai oleh cinta yang salah. Aku membiarkan diriku dikendalikan oleh afeksi yang palsu, Aku lupa kalau ada sang Khalik yang lebih pantas untuk dicintai lebih dulu daripada makhluk. Semakin lama, Aku semakin merasa bahwa Aku tidak bisa lagi menjadi diri sendiri. Sampai akhirnya pada bulan Februari Aku memutuskan untuk berpisah dengannya. Bukan perkara yang mudah memang berpisah dari orang yang pernah sangat dicintai, Aku pun beberapa kali sempat tergoda untuk kembali lagi. Namun pada akhirnya, Aku berusaha untuk mengikhlaskan itu. Alhamdulillah, dari kejadian ini Aku mendapatkan banyak pelajaran. Salah satunya adalah bahwa menikah bukan cuma masalah “Aku cinta kamu”, jauh daripada itu banyak hal yang harus dipersiapkan termasuk ilmu memilih pasangan. Jangan sampai kita salah pilih pasangan, jangan malah terburu-buru dan jadi salah langkah. Selain itu, yang penting lagi adalah mempersiapkan segala sesuatu dalam diri kita, baik secara fisik, psikis, emosional, dan finansial. -A, 26 Tahun.
0 Comments
|
PhilosopherPhilosopher adalah anggota Filosofi Ruang Hati yang berkontribusi melalui karya dan prestasinya Archives
February 2021
Categories |