Kali ini giliran Aku yang mau cerita soal toxic relationship yang pernah Aku alami.
Kenapa Aku bisa bilang kalau hubunganku ini toxic? Karena setiap kali kita berjauhan, atau dalam artian sedang tidak intens bertemu, selalu adaaaa aja yang bikin ribut. Gara-gara ini lah, gara-gara itu lah. Bahkan hal kecl pun seringkali diributin, pokoknya ribut melulu deh. Terus, kalu udah ribut tuh ujung-ujungnya selalu aja ketemu sama yang namanya ‘putus’ atau ajakan buat mengakhiri hubungan. Tapi, karena Aku orangnya enggak tegaan, akhirnya Aku mengalah dan berusaha buat menemui Dia biar enggak ribut lagi dan kita enggak putus. Hmm ... Tapi, lama-lama aku ngerasa kesiksa sendiri juga. Aku ngerasa Dia cuma mainin perasaanku aja. Rasanya kaya ditarik ulur, padahal saat itu Aku lagi takut banget untuk kehilangan Dia. Karena ketakutan itu, akhirnya Aku jadi mau ngelakuin semua hal yang Dia mau. Kalau diinget-inget lagi, suka sedih aku tuh, karena ya Aku ngerasa kalau pada saat itu Aku jadi enggak produktif, sering khawatir dan cemas, juga sering ngerasain perasaan lain yang sangat mengganggu. Sampai akhirnya..
0 Comments
Halo semuanya, apa kabar? Sudah sampai artikel ini, berarti kamu udah baca artikel-artikel lainnya kan? Nah, sebagai manusia mungkin kamu pernah merasa ingin bermanfaat untuk orang lain, ingin membantu orang lain. Dan ada rasa kebahagiaan tersendiri ketika bisa memberi manfaat untuk orang lain. Begitu kah? ada yang sepemikiran? Eits.. tapi hati-hati. Jangan sampai kamu terjebak sama rescue fantasy nih. Apa sih rescue fantasy itu? Cerita kali ini, Aku akan ajak kamu untuk kembali ke tahun 2014. Tahun dimana Aku baru memasuki bangku perkuliahan sekaligus menjalin sebuah hubungan yang sering kita sebut sebagai pacaran. Aku tidak akan menceritakan bagaimana kehidupan perkuliahanku, karena seperti yang kamu tahu, ini bukan cerita tentang perkuliahan, melainkan tentang perjalanan sebuah hubungan.
Seperti semua hubungan pacaran pada umumnya, hubungan kami tidak selalu berjalan mulus. Ada masalah-masalah yang kadang membuat kami bertengkar, tapi untungnya kami selalu bisa menyelesaikan masalah itu. Sampai kemudian menginjak tahun terakhir perkuliahanku, tepatnya ketika Aku sedang berada di semester 7, Aku mulai merasakan perubahan dari Dia. Aku merasa jauh satu sama lain, jarang bertemu, dan intensitas komunikasi juga berkurang. Aku tidak terlalu mempermasalahkan ini sih, karena pada saat itu Aku juga sedang disibukan oleh tugas-tugas kuliahku. Hai teman-teman semua. Apa kabar kalian sekarang? Setelah baca artikel-artikel filosofi ruang hati sampai sejauh ini, sudahkah kamu menemukan insight? Sudah siapkah menjadi dirimu yang baru dan memulai hal yang lebih baik dari sebelumnya? Yeaay kalo iya, bagus dong.
Eits, tunggu dulu. Ada hal yang perlu kamu perhatikan nih ketika kamu sedang melakukan sesuatu perubahan. Apakah kamu merasa jadi individu yang lebih baik dari sebelumnya? Coba, yang udah sering olahraga, apakah kamu merasa lebih baik daripada teman-temanmu yang masih belum banyak bergerak? Untuk kalian yang mungkin baru saja memperdalam pelajaran tertentu, apakah mulai merasa lebih baik dibandingkan orang lain? Penyuka musik klasik apakah kamu merasa lebih baik dibanding penyuka musik metal. Wah hati-hati nih. Bisa jadi kamu terkena ego trap nih. Apa sih ego trap itu? Hai semua. Apa kabar? Semoga dalam keadaan baik ya. Di artikel-artikel sebelumnya dan juga di instagram, sering banget nih kita bahas tentang toxic, terutama toxic relationship dan bagaimana cara keluar dari hubungan yang toxic. Tapi ada hal yang jarang kita sentuh nih teman-teman, yaitu dari diri kita sendiri. Artikel ini diutamakan untuk teman-teman yang sudah menyadari atau merasa bahwa “aku adalah ‘toxic person;”. Mungkin teman-teman yang yang sudah ada di fase ini, seringkali merasa bahwa hidup itu tidak menyenangkan. Hidup merasa kurang. Merasa tidak ada teman dan tidak ada yang mau mengerti. Kemudian setelahnya, lama kelamaan kamu merasakan hal ini tidak terjadi sekali. Di jenjang SMP kamu punya beberapa teman dekat namun ketika masuk SMA kalian berjauhan. Di SMA pun kejadian yang sama berulang. Entah hubungan macam apa yang akan Aku ceritakan kali ini. Dibilang pacaran, bukan. Dibilang enggak pacaran tapi kita saling suka dan kaya pacaran pada umumnya. Bingung ya. Ah, pokoknya hubungan yang Aku jalin dengan seseorang ini berdasarkan rasa saling suka. Pada awalnya hubungan yang Aku jalani baik-baik saja, yah seperti pacaran pada umumnya saja. Sampai kemudian kita harus menjalani hubungan beda pulau, alias kita harus LDR.
Semenjak LDR, dia jadi sibuk sampai akhirnya kita jadi jarang saling bertukar kabar. Sekalinya bertukar kabar, kita malah ribut. Akhirnya, karena tidak mau kalah dengan kesibukannya dan merasa lelah dengan keributan yang terjadi, Aku juga memutuskan untuk menyibukkan diri dengan banyak membaca buku dan sharing tentang agama dengan temanku. Awalnya hanya untuk menyibukkan diri, tapi ternyata buku yang Aku baca dan sharing bersama teman itu justru malah menyadarkanku bahwa hubungan yang sedang Aku jalani itu salah. Karena... Sebelum terjadi, apa-apa sudah Overthinking, risih banget, ya gak?! Ujung-ujungnya jadi galau, baper dan negative energy. Gak asik!!
Overthinking sudah menjadi isu umum yang dialami hampir semua orang, terlebih pada perempuan. Riset menunjukkan bahwa perempuan lebih sering bertingkah overthinking pada hal-hal yang dihadapinya, terlebih perihal pasangan dan relasi lainnya. Tapi tidak menutup kemungkinan juga terjangkit pada laki-laki. Namun jika tidak segera diatasi kebiasaan overthinking ini maka akan rentan terhadap depresi dan anxiety. Tentu saja termasuk pola yang sama sekali tidak sehat untuk mental, emosi dan fisik kita. Yuk, atasi Overthinking segera! Apa sih itu Overthinking? Ini adalah sebuah cerita cinta yang pernah terjalin selama kurang lebih empat tahun. Bukan waktu yang sebentar tentunya, dan beberapa dari kalian mungkin akan bilang “sayang” kalau ternyata kisah yang terjalin selama ini pada akhirnya kandas juga.
Jadi, ini adalah kisah tentang Aku dan seseorang yang dulu pernah Aku cintai, sebut saja Dia. Aku dan Dia kuliah di perguruan tinggi yang sama, jadi bisa dipastikan hampir setiap hari kami menghabiskan waktu bersama-sama. Saking setiap harinya, Aku sampai tidak punya waktu untuk teman, sahabat, dan keluargaku. Sebagian besar waktuku selama empat tahun itu Aku berikan untuk Dia. Seperti pacaran pada umumnya, Dia menunjukkan perilaku yang baik pada awalnya. Tapi lama kelamaan, Dia menjadi sering melarang Aku untuk melakukan ini dan itu, Dia sangat membatasi kegiatanku bahkan dengan temanku sekalipun. Halo rekan rekan semua.
Hari ini, tanggal 10 Oktober merupakan peringatan hari kesehatan mental sedunia. Sehubungan dengan itu, admin ingin memberikan sedikit penjelasan nih tentang self-harm. Apa sih self-harm? Haii.. Teman-teman ada yang suka berolahraga? Kalo kalian suka bahkan jadi hobi, maka bersyukurlah karena olahraga membuat kalian lebih bahagia. Olahraga bisa menjadi media untuk mengurangi stress sekaligus menjadi moodbooster lohh. Penasaran kayak gimana? Kali ini admin mau berbagi tentang manfaat olahraga bagi psikologis. Check it out! “Mensana in corpore sano”.. Teman-teman pernah mendengar istilah tersebut? Yap. Di balik tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Hal tersebut seperti membingungkan pada awalnya. Namun admin telah membuktikan logika tersebut. Ini cerita tentang Aku yang mencintai seseorang yang sudah berkomitmen dengan orang lain. Terdengar tidak tahu diri memang, tapi ketahuilah bahwa perasaan ini tumbuh karena perlakuan Dia yang membuatku lupa bahwa Dia bukanlah orang yang tepat. Dia seolah olah membukakan pintu harapan untuk kami bisa bisa memiliki hubungan. Begitupun dengannya, Dia bilang juga Dia ingin memiliki hubungan seperti dulu. Ya sudah, mau bagaimana lagi, akhirnya Aku terjebak dalam lingkaran yang salah ini.
Lama kelamaan, Aku merasa semakin gundah dan resah. Aku merasa bahwa hubungan yang aku jalani ini salah, Aku merasa seperti digantung. Karena Aku tidak mau terus-terusan digantung tanpa diberi kepastian, akhirnya Aku memutuskan untuk move on saja. Hari ini adalah tanggal 1 oktober. Berarti hari apa hayo?
Hari selasa? Iya sih bener. Hari pertama di bulan oktober? Iya bener. Banyak yang berlomba membuat tagar #octoberwish kan di media sosialnya? Eits, tapi ada juga lho momen yang juga tak kalah penting di tanggal 1 oktober ini. Apa coba? masih belum paham? Hmm.. tanggal 1 oktober diperingati sebagai hari kesaktian pancasila nih teman-teman. Hayoo saking pada sibuknya jadi lupa sama sejarah negeri sendiri. Kenapa sih bisa ada hari kesaktian pancasila? |
PhilosopherPhilosopher adalah anggota Filosofi Ruang Hati yang berkontribusi melalui karya dan prestasinya Archives
February 2021
Categories |