Aku ingin berbagi cerita tentang kisah cintaku pada pertengahan 2019 lalu.
Cerita kami berawal dari sebuah hubungan sahabat yang sudah kami jalin selama kurang lebih 15 tahun lamanya. Kami adalah sahabat yang sangat dekat yang selalu saling cerita tentang hal apapun, termasuk tentang pasangan. Aku tahu kalau Dia sudah memiliki rencana untuk menikah dengan kakak kelasnya pada tahun 2015 lalu. Kemudian tahun 2016-2017 hubungan mereka renggang sampai akhirnya mereka tidak bisa melanjutkan hubungan tersebut. Awal tahun 2018, Dia kemudian dekat dengan adik kelasnya dan mereka juga berencana akan menikah, namun ternyata kandas juga dan Dia malah kembali kepada kaka kelas yang sebelumnya. Sejak saat itu, hubungan kami agak menjauh karena kami hanya komunikasi sepentingnya saja. Akhir April 2019 Aku menerima kabar bahwa Dia menemui ortu kakak kelasnya untuk mengakhiri hubungan mereka. Setelah itu, Dia kemudian mencoba mendekatiku dan Dia meminta izin kepada orang tua untuk menikahiku. Orang tuaku setuju dengan hal itu karena rasanya mereka tahu kalau Dia adalah orang baik dan seorang penghafal Al-Quran. Singkat cerita kami mulai mempersiapkan pernikahan, namun Aku merasakan kejanggalan-kejanggalan dalam dirinya. Aku tidak diperbolehkan melihat HP-nya, Aku tidak diperbolehkan dibonceng laki-laki lain bahkan abang ojol sekalipun, tapi Dia juga tidak bersedia untuk mengantar/ menjemputku. Kejanggalan itu membuatku curiga, dan benar saja ternyata Dia masih ada hubungan dengan kaka kelasnya yang sudah berhubungan selama 6 tahun itu. Aku kemudian mengajak Dia untuk membicarakan hal ini karena Aku tidak ingin terus menerus ada dalam hubungan perselingkuhan. Akhirnya, Aku memilih mundur. Sejak saat itu, Aku memutuskan untuk menghentikan komunikasi, menghapus semua kontak, mencoba memaafkan Dia dan diri saya sendiri. Dari kejadian itu, Aku belajar bahwa orang yang sudah dekat belum tentu bisa dipercaya begitu saja. Kita harus hati-hati terlebih ketika memutuskan untuk menikah, kita harus memastikan tidak ada rahasia di antara pasangan, pastikan juga urusan dengan masa lalu sudah selesai. S, 22 tahun
0 Comments
Di usiaku yang sudah seperempat abad, melihat teman-teman lain sudah menikah membuatku ingin juga mendapatkan pendamping yang sesuai dengan harapanku.
Sebelumnya, Aku pernah menjalin hubungan dengan laki-laki non muslim yang pada akhirnya mengharuskan kami untuk berpisah. Sejak itu, Aku tak pernah lagi menemukan seseorang yang cocok, sampai kemudian aku bertemu Dia, lelaki yang menurutku baik, bertanggung jawab, dan sudah cukup mapan. Kemudian kami akhirnya memutuskan untuk menjalin hubungan romantis. Awal hubungan sih kami baik-baik saja, rasanya indah sekali dan sepertinya masa depan terasa sangat dekat sampai Aku yakin bahwa pernikahan ada di depan mata. Tiba-tiba, Aku menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh dari diri Dia. Aku mencari tahu apa yang aneh itu sampai kemudian menemukan fakta yang sangat mengejutkan. DIA... PERNAH... MENIKAH... DAN... BELUM... BERCERAI... Lalu Aku mengklarifikasi langsung hal ini kepada yang bersangkutan. Dan benar saja, memang seperti itu kenyataannya. Katanya, dia memang sudah menikah namun Ia merasa tertipu oleh istrinya yang ternyata sudah pernah menikah dan memiliki anak. Herannya, setelah Aku tahu bahwa dia sudah memiliki istri, Aku masih meneruskan hubungan kami. Tidak berhenti di situ, masih ada keanehan lain yang Aku curigai. Kebohongan dia, utang dia, dan lain-lain. Hal itu membuatku overthinking, dan saking overthinking-nya, Aku menjadi sering mengonsumsi obat penenang dan obat tidur. Namun, ada satu hal yang membuatku tidak begitu saja meninggalkan Dia. Ketika Dia kedapatan berbohong bahkan selingkuh, Dia selalu berhasil menenangkanku dan membuatku luluh. Lama-lama, hal ini sempat membuatku depresi. Tapi ya ini juga salahku sih, karena Aku terlalu membiarkan hati dan diriku dikuasai oleh cinta yang salah. Aku membiarkan diriku dikendalikan oleh afeksi yang palsu, Aku lupa kalau ada sang Khalik yang lebih pantas untuk dicintai lebih dulu daripada makhluk. Semakin lama, Aku semakin merasa bahwa Aku tidak bisa lagi menjadi diri sendiri. Sampai akhirnya pada bulan Februari Aku memutuskan untuk berpisah dengannya. Bukan perkara yang mudah memang berpisah dari orang yang pernah sangat dicintai, Aku pun beberapa kali sempat tergoda untuk kembali lagi. Namun pada akhirnya, Aku berusaha untuk mengikhlaskan itu. Alhamdulillah, dari kejadian ini Aku mendapatkan banyak pelajaran. Salah satunya adalah bahwa menikah bukan cuma masalah “Aku cinta kamu”, jauh daripada itu banyak hal yang harus dipersiapkan termasuk ilmu memilih pasangan. Jangan sampai kita salah pilih pasangan, jangan malah terburu-buru dan jadi salah langkah. Selain itu, yang penting lagi adalah mempersiapkan segala sesuatu dalam diri kita, baik secara fisik, psikis, emosional, dan finansial. -A, 26 Tahun. Haloo... Apa kabar semuanya?
Semoga sedang dalam keadaan yang baik tanpa kurang suatu apapun ya. Saat ini dunia sedang dihadapkan dengan pandemi corona yang tentunya membuat khawatir, dan membuat kita mau tak mau dihadapkan pada social distancing dan berdiam di rumah tentunya. Nah, kali ini admin akan memberikan kalian rekomendasi web series atau serangkaian video episodik atau serial yang tayang di platform penyedia layanan video digital. Tanpa berlama-lama, yuk kita cek ada apa aja.. Perpisahan Memang Meninggalkan Duka, tapi Perjalanan Baru Siap Menyambut Kita Dengan Jutaan Suka6/3/2020 Aku mau cerita tentang kisah cinta yang pernah Aku jalin saat Aku menduduki bangku SMP, tepatnya saat kelas 9. Ini adalah hubungan romantis pertama yang Aku jalin. Entah kenapa Aku menerima orang ini menjadi kekasihku, padahal sebelumnya Aku menolak beberapa orang yang mengutarakan perasannya dan mengingankanku untuk jadi kekasihnya.
Tapi, Aku bersyukur atas kejadian ini. Karena semenjak itu Aku jadi bisa sangat menyayangi diriku sendiri. Iya diriku, bukan dia yang justru jadi kekasihku. Hah? Kok jadi malah sayang sama diri sendiri? Oke, jadi gini… Hubungan kami pada awalnya baik-baik saja, yah berjalan seperti hubungan pada umumnya. Cerita cinta SMP yang tidak begitu menarik, hanya bertemu ketika berpapasan di koridor kelas saja. Sampai kemudian kami lulus dan masuk ke SMA yang sama. Aku tidak menyadari kalau dia ingin berada di sekolah yang sama adalah karena ingin mem-protect Aku. Semua masih berjalan normal sampai kemudian kita memasuki masa sekolah di SMA. Kelas X, Dia mulai sering cemburu dengan semua aktifitasku. Dengan ke bucynanku, Aku tidak mencoba melepaskan diri dari kecemburuan-kecemburuannya. Kelas XI, dia mulai protektif terhadap semua kegiatanku, dan ini selalu saja menjadi bahan untuk pertengkaranku. Basket lah, OSIS lah, dan masih banyak kegiatan lainnya. Beberapa temanku menyarankan supaya Aku berhenti mengikuti kegiatan OSIS dan mengikuti keinginan dia. But, hey! Aku nggak mau dong masa mudaku flat, gitu-gitu aja tanpa pengalaman seru dari OSIS dan basket. Daripada Aku melepaskan keorganisasianku, Aku lebih memilih untuk pasang badan dan bertengkar dengannya. Terus kenapa gak milih untuk putus saja? Hm… Tidak semudah itu ferguso. Aku sama sekali nggak kepikiran untuk putus karena dia kasar. Kasar banget. Pernah ketika marah yang dia lakukan adalah memukul, melempar bubur, melempar kursi kayu, menabrakkanku ke angkot, membenturkanku ke tembok, melepar helm, bahkan sampai memukul dengan tangannya sendiri. Terus gimana perasaanku? Lelah? Sudah jelas, jangan ditanya lagi. Tapi pada saat itu Aku gak tau harus minta tolong sama siapa, Aku terlalu takut sama dia dan Aku takut dimarahi orang tua kalau sampai orang tuaku tahu. Karena keinginanku yang kuat untuk berorganisasi dan memiliki banyak pengalaman, Aku rela memar di wajah dan badan pada saat itu. Sampai akhirnya menginjak semester 2 kelas XI, Aku mencapai puncak kelelahanku untuk bertengkar dengannya. Aku ingin latihan basket dan Aku ingin lepas dari Dia. Tapi yang terjadi justru Aku malah dipukuli oleh Dia, saat itu posisinya dilantai 2 kelasku. Untung saja Aku memiliki concealer yang bisa menyamarkan lebam di wajahku. Kemudian Kakak senior dan teman laki-lakuku membantu untuk memisahkan pertengkaran kita. Aku diamankan dan dia diancam oleh teman laki-lakiku untuk tidak lagi memukuliku. Kemudian aku pulang ke rumah dengan berjalan kaki. Di tengah perjalanan itulah kemudian aku berpikir “Ayahku susah payah bekerja untuk membahagiakan aku. Sementara ada orang lain yang dengan beraninya menyakitiku secara fisik”. Sejak itu aku meniatkan dalam hati untuk bisa move on demi Ayahku. Aku kemudian memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami. Aku mulai menunjukkan wajahku yang lebam, tidak lagi ditutupi concealer. Aku juga kemudian meminta sahabatku untuk selalu mendampingiku kemanapun. Bukan apa-apa, Aku hanya ingin ada orang yang membantuku untuk tidak lagi kembali kepadanya. Sepertinya, kalau saat itu Aku gak didampingi, mungkin saat ini Aku belum terbebas dari jeratan toxic relationship yang sangat menyiksa itu. Selain itu, Aku juga mulai menyibukkan diri dengan berolahraga dan berkaraoke dengan sahabat-sahabatku. Pokoknya semua kegiatan yang mengalihkanku dari pikiran tentang lelaki itu. Tapi sebenarnya, yang paling memotivasiku untuk bisa benar-benar keluar adalah Ayahku. Ayah yang sangat menyayangiku. Aku tidak mau menyerahkan diriku pada laki-laki yang sama sekali tidak menghargaiku, dan Aku tidak mau terus-terusan stay di hubungan yang sama sekali tidak membuatku bahagia. Untuk kalian yang masih terjebak toxic relationship : Please, please, pleaseeeeee Nikmati masa muda kalian, berkarya, cari pengalaman, jalanin hobi, bahagiakan orang sekitar. Kalaupun kamu memilih laki-laki, jangan sampai menggadaikan masa muda. Jangan takut patah hati untuk ninggalin orang yang salah. Masih ada kebahagiaan yang menunggu kita. -R, 24 Tahun Pertama kali memasuki bangku SMA, aku memutuskan untuk jatuh cinta. Awalnya aku tidak mengenal apa itu cinta, sampai kemudian Aku menemui masa benar-benar dibutakan oleh cinta. Entah kenapa Aku bisa jatuh cinta kepadanya, padahal sebelumnya Aku berusaha menutup hatiku rapat-rapat.
Perasaan cinta ini aku ungkapkan melalui perhatian kepadanya. Entah itu membuat dia paham maksudku atau justru malah membuat dia risih. Aku melakukan ini selama hampir dua tahun setengah. Aku berjuang sendiri tanpa kepastian apapun. Disebut teman bukan, disebut pacar juga bukan. Tapi mau bagaimana lagi, Aku sudah terlanjur jatuh cinta. Yah walaupun hal ini membuatku risih dengan diri sendiri. Karena bagaimana tidak, karena jatuh cinta ini Aku jadi tidak mempedulikan rasa maluku dihadapan dia dan teman-temanku. Lebih jauh daripada itu, kondisi psikisku juga jadi memburuk. Aku sering menangis hanya karena dia tidak membalas perasaanku, teman-temanku menjadi risih padaku karena melihat Aku yang terlalu jatuh cinta kepada dia yang sama sekali tidak mempedulikan persaanku. Malu sekali rasanya. Setelah dua tahun setengah itu, akhirnya aku memutuskan untuk mpve on. Aku berusaha untuk janji kepada diri sendiri, berkomitmen bahwa Aku harus bisa move on dan akhirnya Aku berhasil. Yah meskipun terkadang masih ingat masa-masa ketika Aku sangat jatu cinta padanya, namun kemudian Aku kembali tersadarkan kalau jatuh cinta terlalu berlebihan itu tidak baik. Beberapa bulan setelahnya, Aku bisa merasakan kebahagiaan lagi. Legaaa sekali pikiran ini, seperti tidak ada beban sama sekali. Beberapa dari temanku ada yang berhasil menyatu ketika membuka hatinya untuk lawan jenis, tapi tidak denganku. Aku selalu gagal, maka dari itu Aku memilih untuk tidak jatuh cinta dulu. Yah Aku percaya kalau Allah SWT sudah mengatur ini semua supaya Aku tidak berpacaran. Selama SMA sampai kuliah, Aku hanya mencintai dua kali. Prinsipku ketika Aku memutuskan untuk jatuh cinta yaitu "Aku harus setia ke orang yang aku pilih, dan aku tidak akan meninggalkan dia, sebelum dia menyakiti". Itu prinsip yang Ibu ajarakan kepadaku. Dari hal ini Aku mempelajari beberapa hal, jangan jatu cinta secara berlebihan apalagi kepada orang yang belum menjadi jodoh kita. Tulus lah dalam mencintai seseorang, karena itu akan menyelamatkan kita dari sakitnya pengharapan ketika harapan itu tidak sesuai dengan kenyataan. Ikhlas, tidak meminta imbalan dan balasan kepada orang yang kamu cintai. Selain itu, jaga juga rasa malu mu, karena itu yang akan menjaga kehormatanmu. Satu hal lagi, "Pada akhirnya, hidup ini adalah tentang sebuah pilihan. Maka dari itu, lakukan apa yang menurutmu baik, dan tinggalkan apa yang menurutmu buruk. Karena, kita harus bijak dalam memilih ". - R, 21 Tahun Halo penghuni ruang hati!
Apa kabar? Semoga semua dalam keadaan yang baik-baik ya. Beberapa waktu terakhir kita dihebohkan dengan isu-isu kesehatan diantaranya wabah penyakit korona yang banyak menyerang orang-orang. Setelah itu, barulah banyak spekulasi tentang darimana penyakit itu muncul seperti salah satunya dugaan bahwa penyakit ini muncul karena banyaknya perilaku mengonsumsi hewan liar. Tapi apakah hal tersebut benar? Bicara tentang hewan, bicara tentang tumbuhan. Kita mungkin selama ini lupa bahwa kita hidup dari alam. Bahkan bangunan kokoh yang sehari-hari kita injak pun bahan-bahannya berasal dari alam. Begitu pula makanan, yang sekarang seringkali kita lupakan kadar manfaatnya, kadar gizinya. Kita makan apapun yang kita rasa enak padahal sejatinya makanan yang menyehatkan berasal dari alam. Atas masalah-masalah kesehatan ditambah bencana alam yang sering terjadi, kita baru tersadar pentingnya alam dan kelestariannya serta apa dampaknya untuk kita. Mungkin kita terlalu sibuk membangun rumah mewah, hingga lupa bahwa tanaman masih perlu akar. Mungkin kita terlalu pusing dengan kendaraan-kendaraan keren hingga lupa tentang polusi. Mungkin kita terlalu egois hingga lupa bahwa alam adalah tempat kita untuk kembali pulang. Bagaimana caranya supaya lebih peduli dengan alam? Yuk simak penjelasan dan ilmu dari @inarisnadewi, salah satu alumni kegiatan My Life Philosophy yang berfokus mengajak kita peduli dengan alam. Halo Penghuni Ruang Hati!
Pernah nggak kalian merasa keberadaan kalian tidak dibutuhkan? Merasa belum memberi kontribusi dan pengaruh apapun pada orang lain. Ada yang punya masalah, tapi nggak pernah bisa bantuin. Mau bantu tapi bingung gimana cara bantunya? Terus bingung ketika ditanya hal-hal semacam “mau kuliah jurusan apa?” “Setelah lulus mau apa?” Mungkin kalian punya alasan tersendiri ketika bingung mau jawabnya. Coba.. apa yang dibingungkan? Kalian bisa kuliah atau kerja sesuai dengan minat dan bakat kalian kan? Atau.. kalian masih bingung punya bakat apa? Wah-wah. Hati-hati lhoo.. kalau misalkan kalian bingung dengan bakat apa yang kalian miliki, nanti kalian bisa kehilangan arah untuk melangkah. Hal ini juga bisa membuat kalian berpotensi untuk beriri hati pada orang lain. Lihat orang lain yang bisa nyanyi, merasa iri. Karena kalian pengen tapi merasa gak berbakat disana. Lihat orang lain berprestasi karena pintar masak, malah membandingkan sama masakan buatan kalian. Kok kayaknya jauh banget ya? Hmm hati-hati. Lama-lama kebiasaan itu bisa bikin iri hati, gak punya tujuan, buang-buang waktu buat ngulik-ngulik penyesalan dan malah akhirnya nggak berkembang. Selain itu, kita juga nanti malah bisa jadi depresi karena terus nyari potensi diri. Bingung punya bakat di bidang apa. Padahal.. gak semua bakat itu muncul dengan sempurna lho. Tapi diiringi dengan usaha. Dan juga, sebenarnya kalian bisa aja punya potensi dari hal-hal sederhana yang biasanya kalian remehkan. Kalian terlalu punya ekspektasi dan standar yang tinggi terhadap diri sendiri. Kemudian akhirnya zonk. Jadi.. belum tentu kalian gak punya bakat. Kalian aja mungkin yang terlalu tertutup, terlalu memaksakan diri, terlalu keras sama diri. Penasaran dengan apa bakat kalian? Bisa nih tanya-tanya salah satu philosopher yaitu Salma Pranita yang sekarang berfokus untuk bantu teman-teman semua yang seusianya untuk bisa menemukan bakat yang dimiliki. Yuk kepoin ignya di @salmapranazz Pernahkah kalian mengalami suatu kejadian yang mengubah hidup kalian?
Misalkan setelah putus rasanya dunia runtuh menimpa dan membuat semuanya terasa hampa. Atau mungkin ketika diterima kerja di tempat yang diinginkan rasanya dunia dalam genggaman. Pernahkah kalian merasa dunia tidak adil? Rasanya keberuntungan tidak pernah berpihak kepadamu. Orang-orang yang berada di sekitarmu jahat karena tidak pernah menanyakan kabarmu. Tapi sadarkah kalau ada juga orang dengan permasalahan yang sama dengan apa yang kita alami, namun merespon dengan berbeda? Ada orang yang mengeluh karena hujan terus sementara satu orang lagi justru tersenyum penuh kebahagiaan. Kenapa sih bisa begitu? Ternyata karena sudut pandang. "Dunia ini netral sampai sudut pandang kita yang mengubahnya" Seperti hal tersebut yang dijelaskan oleh Dini Restiani, salah satu philosopher yang berfokus untuk membantu teman-teman untuk menemukan sudut pandang terbaik dalam memaknai suatu masalah. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada 'dunia yang tidak adil', tidak ada 'orang-orang yang tidak punya hati' Tapi mungkin kita belum menemukan sudut pandang terbaik dalam memaknai hal tersebut. Penasaran? Simak terus postingan dari @dr.dinirestiani yang ada di instagram untuk mengetahui lebih lengkapnya Halo penghuni ruang hati..
Pernah ngga sih kita merasa mencintai seseorang? Cinta sekali, sampai rasanya enggan untuk menyakiti? Sampai-sampaii malah kalian sendiri yang tersakiti oleh mereka dan kalian iya iya aja? Pernah? Atau mungkin itu terlalu ngeri ya.. yang sederhana deh.. Kalian lagi dekat sama seseorang, entah pacar, gebetan, atau teman dekat lah yang istilahnya penting banget buat kalian. Terus.. Dulu sekali, Aku pernah terjebak dalam hubungan yang sangat tidak sehat, selama lima tahun. LIMA TAHUN, coba bayangkan bagaimana tersiksanya Aku. Hahaha oke ini lebay, tapi serius loh.
Selama lima tahun itu segala sesuatu harus seizin pasanganku, lingkungan pertemanan dibatasi, interkasi dengan orang lain menjadi buruk, hubungan dengan orang tua menjadi buruk, karena pikiranku selalu terfokus padanya. Dia, dia, dia, dia lagi, dia terus. Kondisi itu membuatku sangat tersiksa secara batin, aku tidak bisa bebas melakukan apapun yang aku mau. Hingga suatu hari Aku sudah sangat lelah dengan semua penjara ini, Aku memberanikan diri untuk melakukan hal yang sangat dia sukai supaya Aku bisa lepas dari belenggu ini, dan yah ternyata berhasil. Aku bisa lepas dari pasanganku itu. Setelah lepas apakah Aku baik-baik saja? Pernah nggak sih, merasakan apa yang kita alami dalam hidup seperti sebuah skenario dalam sebuah film? Dimana dalam setiap adegannya ada hal berkesan yang rasanya ingin diulang-ulang.
Berikut ini, admin akan bahas beberapa lagu-lagu yang merupakan Soundtrack of life dari teman-teman FIlosofi Ruang Hati. Mungkin beberapa liriknya ada yang mengena dan bisa jadi soundtrack dari hidupmu juga? Halo Penghuni Ruang Hati.
Apa kabar? Semoga di musim yang sering hujan ini semua diberikan kesehatan dan tentunya kebahagiaan. Buat teman-teman mungkin sekarang lagi pada baca artikel ini sambil makan mi, sambil jajan, sambil neduh, abis olahraga, atau lagi patah hati? Semoga semuanya dalam keadaan baik deh ya pokoknya. Kita akan bahas hal yang simpel tapi penting nih. Apa tuh? ya sesuai judul udah ketahuan sih ya, kita akan bahas filosofi. Udah pada paham kah apa itu filosofi? Yuk, coba jawab satu-satu. Jangan googling lho! Nyerah? Oke, dijelasin dulu contohnya deh ya. Anggap aja hidup ini seperti perjalanan. Tentunya teman-teman mengalami perjalanan beda-beda. Beda arah, dan beda pengalaman. Ketika dalam perjalanan hidup, kita dihadapkan sama banyak pilihan. Mau pake sendal apa sepatu? Mau masuk SD mana? Duduk sebelah mana? Nonton film apa? Buburnya mau diaduk apa langsung dimakan? Bumi bulat atau datar? Mie rebus apa mie goreng? Kuliah jurusan apa? Tentunya kita dihadapkan banyak pilihan seperti contoh contoh di atas kan? Cinta pertama yang menjadi kenyataan, mungkin tidak semua orang mengalaminya. Beberapa ada yang beruntung menjalani kisah dengan cinta pertamanya, beberapa lagi ada yang hanya dalam harapan. Kali ini, Aku mau bercerita tentang salah satu cinta pertama yang menjadi kenyataan. Yah, walaupun akhirnya menjadi kenyataan yang cukup buruk.
Cerita yang kami sebut sebagai komitmen ini berjalan selama 5 tahun lamanya. Kami memilih komitmen karena kami pikir hubungan ‘pacaran’ itu kebih banyak negatifnya. Tapi, di sisi lain hubungan yang sebatas komitmen ini membatasiku untuk bisa ‘melarang’ dia. Yah, mau bagaimana lagi, sudah terlanjur sayang jadi ya Aku jalani saja. Mari kita cerita tentang film ini..
Untuk sebagian dari teman-teman mungkin udah gak asing dengan film ini. Yap. Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini adalah film Indonesia yang sedang booming dalam dua pekan terakhir ini. Film ini adalah film besutan Angga Dwimas Sasongko dan diproduksi oleh Rumah Produksi Visinema Pictures. Film ini juga merupakan adaptasi dari buku berjudul sama yang ditulis oleh Marchella FP. Apa yang membuat film ini menarik? Halo teman-teman penghuni ruang hati!
Apa kabar? Gimana tahun baruannya? Pada kangen kan tentunya sama tulisan tulisan dari frh? hehe.. Berkaitan dengan tahun baru, kita juga bicara mengenai resolusi. Tentunya, mungkin banyak dari kalian yang resolusinya adalah belajar untuk mengikhlaskan, melepaskan dan belajar menerima suasana yang baru. Tapi dalam melepaskan, dalam berdamai dengan rasa kehilangan tidak selalu mudah. Rasanya amat sayang untuk melepaskan semua itu. Apa iya semuanya perlu untuk dibuang begitu saja? |
PhilosopherPhilosopher adalah anggota Filosofi Ruang Hati yang berkontribusi melalui karya dan prestasinya Archives
February 2021
Categories |