Jika sesuatu terjadi kemudian tidak sesuai harapanmu, bagaimana reaksimu? Tak jarang reaksi tidak tepat membuat masalah jadi lebih rumit padahal persoalannya sepele banget. Kok bisa begitu ya? Tahu gak sih bahwa semua kembali pada kemampuanmu dalam mengatasi masalah dan cara berkomunikasi. Dunia psikologi sering menyebutnya problem solving atau kemampuan mengatasi permasalahan. Keterampilan dalam mengatasi permasalan juga bisa diasah dengan melakukan 4 tahapan mengatasi masalah di bawah ini. Sebelum memulai 4 tahapan tersebut, Kamu harus sudah bisa memahami dan membedakan antara mana perasaan dan mana kenyataan pada permasalahan yang dihadapi. Supaya kamu gak keder dan bingung, baca artikel pada tautan ini : Yuk, Cerdas Membedakan Antara Kenyataan dan Perasaan. Jika kamu sudah bisa membedakan realitas faktual dan realaitas psikologis kemudian… 4 Tahapan Mengatasi Masalah Perasaan diantaranya: Pertama, Deskripsikan Apa yang Terjadi
Ketika dihadapi sebuah masalah yang emosional, berlatihlah untuk mendeskripsikan semua kejadian secara faktual atau segala sesuatu yang diinderakan. Misal: Kejadian hari ini menyebalkan, 2 tiket nonton hangus gara-gara doi mendadak harus overtime. Ngajak teman malah pada sibuk dan punya rencana malmingan masing-masing. Kedua, Ceritakan Bagaimana Perasaanmu Dan ya, kamu harus menguraikan semua perasaan yang diraksan atas kejadian tersebut. Upaya ini bisa membuat kita mengidentifikasi permasalahan yang kompleks menjadi sederhana dalam mensolusikannya. Misal: Kejadian hari ini menyebalkan, 2 tiket nonton hangus gara-gara doi mendadak harus overtime. Dan doi sama sekali gak komunikasi setelah itu. Ngajak teman malah pada sibuk dan punya rencana malmingan masing-masing. Perasaanku atas kejadian tersebut: Sedih: Sedih aku tuuh… ya iya lah jelas sedih. Sudah berharap banget supaya bisa jalan bareng sama doi sejak seminggu yang lalu. Marah : tiket gala premier lho itu, hangus pula. Alamak! Ngeselin deh. Apalagi temen segank kok pada kompak malmingan sama pasangannya masing-masing. Cuma aku yang jadi remah-remah rengginang di malam ini. Aaaagggghhhhh… Kangen : Kangen ketemu dan ngobrol bareng doi. Lelah rasanya menjalani mobilitas monoton setiap harinya. Alangkah menyenangkan jika bisa bertemu dan bersandar di bahu orang yang kita cintai meski beberapa menit. Ketiga, Perasaan Mana yang paling Dominan Pada tahapan ini kamu wajib memberi angka setiap perasaan yang dirasakan, pemberian angka bisa kamu berikan dengan skala 1-10. Kemudian pilih perasaan mana yang paling dominan. Misal: seperti perasaan yang telah diurai pada contoh kasus di atas maka yang perlu kamu lakukan seperti hal di bawah ini: Perasaan sedih 4 point Perasaan marah 3 point Perasaan kangen 8 point Maka perasaan yang paling dominan adalah perasaan kangen Fungsi memilih perasaan dominan bisa membuat kita aware atau sadar sepenuhnya tentang perasaan mana yang paling relevan untuk diekspresikkan. Perasaan dominan bisa memudahkan kita untuk mengungkapkan dan mengkomunikasikan. Atas dasar itu memilih perasaan yang paling dominan menjadi hal penting sebagai pesan utama yang bisa kita upayakan untuk mensolusikan permasalahan. Keempat, Gunakan Rumus DESC Setelah berhasil menemukan perasaan paling dominan pada masalah kamu, langkah selanjutnya adalah mengekspresikan perasaan yang dominan tersebut dengan menggunakan rumus DESC. D E S C adalah. *D* = describe *(MENGUNGKAP FAKTA), *E* = express *(CERITAKAN PERASAAN)*, *S* = specify *(BERITAHU DETAIL APA YANG DIINGINKAN)*, *C* = consequences *(NYATAKAN DAMPAKNYA JIKA HAL DIINGINKAN TIDAK DILAKUKAN). Yuk kita teruskan kasus contoh di atas ke dalam rumus DESC. Karena perasaan kangen yang dominan maka kita hanya fokuskna pada perasaan kangen sebagai pesan utama dalam upaya problem solving. Kangen : Kangen melihat doi, ketemu dan ngobrol bareng doi. Lelah rasanya menjalani mobilitas monoton setiap harinya. Alangkah menyenangkan jika bisa bertemu dan bersandar di bahu orang yang kita cintai meski beberapa menit. Mari kita fokuskan pada cara mengekspresikan perasaan KANGEN *D = describe (MENGUNGKAP FAKTA)* Pertama cobalah untuk mengungkapkan realitas faktualnya. “Mas, soal tadi malam tentang rencana dating nonton trus Mas bilang gak bisa karena disuruh overtime sama pak bos, jadi hangus deh tiket nontonnya. Setelah itu Mas gak follow up pembatalan dating kita sampai detik ini." *E = express (CERITAKAN PERASAAN)* Kedua, Nah di tahapan ini kita bisa menceritakan realitas psikologisnya. “Mas, aku sedih banget lho padahal udah ngarep banget seharian supaya bisa jalan bareng kamu. *S = specify (BERITAHU DETAIL APA YANG DIINGINKAN)* Ketiga, ungkapkan apa harapanmu dengan detail, jelas dan kongkrit “Aku pengennya jika ternyata Mas overtime, sebaiknya bisa memprediksi kemungkinan pekerjaan bisa overtime atau ngak. Mas bisa kasih aku opsi plan B atau C atau berinisiatif untuk mengganti rencana nonton di lain hari, bukan hanya bilang maaf gak jadi nonton kemudian gak terjadi apa-apa." *C = consequences (NYATAKAN DAMPAKNYA JIKA HAL TERSEBUT TIDAK DILAKUKAN)* Keempat, beri tahu konsekuensinya berdasarkan keinginan kita di atas jika tidak diikutin apa yang akan terjadi. "Kalo Mas gak bisa follow up pembatalan dating kita, rasa kangen untuk ketemu Mas bisa jadi menumpuk dan berlapis-lapis kemudian mati rasa, bisa-bisa rasa cinta aku berkurang lho. Padahal ketemu kamu itu moodbooster banget buat aku. Nah, kira-kira kalau kamu jadi Si Mas-nya mau bilang apa? Pasti reaksinya positif, bukan? Tunggu apa lagi, kita praktekkan langsung kemudian berlatih, berlatih, dan berlatih hingga jadi kebiasaan. Eit, materi ini bersumber dari course-nya kang Zein Permana dalam tabik Mengelola Perasaan dan Kenyataan, Penjelasan lebih detail dan mendalam akan kamu dapatkan jika kamu bergabung mengikuti course-nya. [Lanny]
0 Comments
Leave a Reply. |
PhilosopherPhilosopher adalah anggota Filosofi Ruang Hati yang berkontribusi melalui karya dan prestasinya Archives
February 2021
Categories |