Cerita berawal dari teman SD yang tiba-tiba chat di Facebook pada saat Aku duduk di bangku SMA. Aku sama Dia awalnya cuma temen chat biasa, tapi lama-lama makin deket bahkan sampe bilang kalo Dia suka sama Aku. Ceritanya Dia nembak, tapi langsung Aku tolak mentah-mentah. Meskipun pada akhirnya, Aku menerima juga tapi dengan beberapa syarat. Tau gak sih? Kalo ini tuh pertama kalinya Aku pacaran sama seseorang. Karena ini pertama kali, akhirnya Aku percaya-percaya aja tuh sama omongan Dia, yang ternyata tanpa Aku sadari itu tuh ngerusak kondisi psikisku. Saking ngerusaknya, bisa dibilang kalo hubungan kita itu 20% damai dan 80% berantem. Tapi meskipun gitu, hubungan yang Aku jalani ini berjalan selama 5 tahun. Wow banget gak tuh? Bisa kaya gitu ya toxic relationship tuh. Tanpa sadar ngerusak tapi bertahan lama. Untuk kalian yang juga sedang bergelut dalam toxic relationship dan berusaha sembuh dari toxic relationship mari berpelukan, I know how you feel. Lalu, kenapa bisa sampe bertahan selama 5 tahun? Jawabannya adalah.... karena Aku TAKUT. Iya Aku takut. Padahal ya, selama menjalani hubungan itu Aku berulang kali bilang kalo Aku cape, pengen udahan aja karena hati Aku udah ngerasa enggak kuat dan ngerasa salah jalan juga. Lalu dengan entengnya Dia bilang “Cowo lain itu gak akan tahan sama pribadi kamu yang kaya gini”. Lalu Aku mikir, iya gitu kepribadian Aku sejahat itu dan enggak akan ada yang mau sama Aku kalo misal Aku ngelepasin Dia?” Karena saat itu Aku masih oon, Aku percaya-percaya aja dan mengiyakan kalo Aku memang aneh dan jahat. Jadilah Aku takut kalo misal enggak ada yang mau lagi sama Aku.
Karena Aku takut, akhirnya Aku ngelanjutin lagi hubungan itu. Tapi makin lama kok Aku jadi makin benci sama diri sendiri, Aku ngerasa jadi cepet ngeluh, dan susah untuk bersyukur. Memang Aku menyadari kalau fisik Aku enggak memenuhi standar cantik yang bilang harus putih, tinggi, dan langsing. Sampai pernah suatu ketika Kami jalan bareng ada seorang perempuan ‘cantik’ berjalan di depan Kami. Tiba-tiba Dia bilang “Kapan kamu kaya gitu?”. Awalnya sih Aku anggap bercanda dan Aku tanggepin “Ya mana uang untuk perawatannya?”. Tapi lama-lama Aku jengah juga dan jadi benci sama diri sendiri. Aku sampe enggak mau ngaca karena ketika ngaca itu Aku ngerasa seolah-olah wajah Aku kaya ‘monster’. Sebenci dan semengeluh itu sampai Aku kehilangan arah. Di tahun ke 5, hubungan kami semakin ruwet dan terasa kayak lingkaran setan. Kita berdua makin kelelahan dan makin enggak kuat. Karena lelah dibandingkan secara fisik juga, akhirnya Aku bilang “Rasanya Aku gak bisa bahagiain kamu karena Aku bukan cewe yang kamu mau dan kita enggak cocok jadi pasangan”. Kemudian Dia nerima, karena mungkin Dia juga mikir kalo berpisah adalah jalan terbaik. Setelah itu Aku mulai menjalani kehidupan baru. Aku mengevaluasi diri sendiri dan hubungan Kami. Memang bukan sepenuhnya kesalahan Dia, karena yang namanya hubungan pasti ada interaksi dari kedua pihak. Aku kemudian mulai menata hidupku lagi, memperbaiki diri sendiri, dan mempelajari relasi yang baik itu seperti apa dengan harapan Aku bisa memperlakukan pasangan Aku nanti lebih baik dari sebelumnya. Dua tahun kemudian, Dia tiba-tiba ngehubungin Aku lagi. Dia meminta maaf atas kesalahannya. Dia juga bilang mau memperbaiki hubungan sampai mengajak Aku untuk menjalin hubungan yang lebih serius alias menikah. Tapi, Aku tolak hahaha. Memang sih setelah putus itu Aku sempat ngerasain depresi dan hilang arah. Sampai kemudian Aku mencapai titik ‘back to Allah’. Aku mulai memperbaiki ibadahku. Shalat, ngaji, sampai denger kajian. Aku juga mengikuti pelatihan self-development dalam rangka membenahi kehidupan Aku. Perlahan hidupku terasa jadi lebih bahagia, dan sahabat-sahabat terdekat merasakan perubahan yang Aku alami. Bukan cuma Aku, ternyata mereka juga merasa kalau hidup Aku jadi lebih baik bahkan menginspirasi mereka. Selain itu, target-target pencapaian Aku juga satu persatu mulai tercapai. Meskipun sekarang masih on progress untuk terus menjadi lebih baik. Ada perasaan di hati yang berbeda, Aku merasa bahwa “Ternyata selama 5 tahun ini Aku tertidur!”. Namun sekarang Aku udah sadar, bangun untuk bergerak menjadi lebih baik dan mendorong diri untuk menjadi lebih semangat dan lebih bahagia. Sekarang Aku sadar bahwa Aku enggak masalah kehilangan Dia, tapi Aku enggak sanggup kalo harus kehilangan Allah Swt lagi. [T, 25 tahun]
0 Comments
Leave a Reply. |
PhilosopherPhilosopher adalah anggota Filosofi Ruang Hati yang berkontribusi melalui karya dan prestasinya Archives
February 2021
Categories |