Kesempatan untuk Melepaskan Hal Buruk adalah Kesempatan Emas, Akan Rugi Jika Kamu Lewatkan29/11/2019 Ini adalah cerita tentang perjalanan cinta anak SMK dengan anak kuliahan yang pada saat itu menjadi guru ekstrakurikuler. Saat SMK dulu, Aku dekat dengan seorang guru ekstrakurikuler yang sangat mendukung apapun yang Aku lakukan. Katanya Aku ini orangnya aktif, makanya Dia seneng. Memasuki masa pendaftaran kuliah, Dia menyarankan Aku untuk daftar di kampus yang sama. Kebetulan Aku juga memang ingin berkuliah di kampus itu. Akhirnya Aku daftar di kampus yang sama, yah meskipun fakultasnya beda karena Aku tidak minat di fakultas yang sama dengan Dia. Tak apa lah, kan masih satu kampus. Ketika SMK, Aku merasa bahwa perjalanan cinta kita baik-baik saja, sampai akhirnya memasuki kuliah, Aku merasa bahwa hubungan kita mulai menjadi toxic. Dia mulai mengenalkan Aku ke semua temannya, orang tuanya, dan kenalan-kenalannya. Dia juga selalu mengantarku kemana-mana, termasuk ketika Aku akan memilih UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Aku merasa tidak nyaman diperlakukan seperti itu. Katanya “Udah tenang aja, kan ada Aku”. Dia seperti itu mungkin karena menurutnya Aku masih mahasiswa baru yang butuh menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Semakin lama aku semakin tidak nyaman karena Aku merasa menjadi sorotan kakak tingkat fakultas lain, padahal Aku tidak mengenal mereka sama sekali. Dia juga, semakin lama semakin protektif terhadapku. Yah seperti yang kalian tahu, mahasiswa baru pasti ingin kenalan dengan teman-teman baru dan main dengan mereka, tapi sayangnya Dia menginginkan Aku untuk main hanya dengannya. Aku kemudian mensiasati hal ini dengan mengajak temanku ketika Aku main bersama Dia, yah tujuannya supaya Dia mengenal teman-temanku, saling kenal dan menjadi akrab. Karena sebenarnya Aku menginginkan pasanganku dekat juga dengan teman-temanku, supaya tidak perlu membagi waktu karena toh kalau begitu kita bisa main sama-sama. Tapi ternyata, responsnya tidak seperti yang diharapkan. Dia malah menunjukkan kalau Dia tidak menyukai teman-temanku. Gara-gara ini, akhirnya temanku ini lebih memilih untuk pulang. Mereka beralasan ada tugas yang harus diselesaikan, padahal hari itu sedang tidak ada tugas. Karena sedih dan kesal, akhirnya Aku juga memutuskan untuk pulang. Kenapa sih Dia harus memperlakukan teman-temanku seperti itu?. Yah meskipun setelah itu Dia meminta maaf, dan Aku maafkan. Semenjak itu, Dia jadi sering membandingkan frekuensi hubungan Aku dan teman-temanku dengan hubungan Aku dan Dia. Padahal ya pada saat itu, Aku banyak bertemu dengan temanku juga untuk mengurusi kepentingan kuliah, karena ya memang pada saat itu sedang sibuk-sibuknya dengan kuliahku. Dia selalu menyalahkanku tentang itu. Hal ini pada akhirnya membuatku sangat terpuruk dan sering tiba-tiba nangis sendiri.
Lalu sahabatku bilang “Kalau kaya gitu, yaudah ga usah dilanjutin, diri kamu lebih penting”. Setelah dipikir-pikir, ada benarnya juga perkataan temanku ini. Akhirnya Aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami dengan alasan hubungan ini malah akan merugikan kami berdua jika diteruskan. Dia tidak terima begitu saja ketika Aku meminta untuk putus. Bahkan Dia sampai mendatangiku untuk memberikan ‘klarifikasi’ dan meminta untuk baikan. Aku pikir, kalau baikan pun siklusnya akan sama, bahkan toxic-nya akan semakin parah. Dengan berusaha sekuat hati, Aku akhirnya memutuskan untuk tidak mempedulikan Dia. Sampai kemudian Allah mengganti dengan sesuatu yang lebih baik. Allah mungkin bukan mengganti dengan seseorang lain, melainkan Allah kirimkan seseorang yang mengajak Aku untuk membuat sebuah project, yang diikutkan dalam sebuah kompetisi. Tidak disangka kami memenangkan kompetisi ini dan teman dari project ini menjadi circle baru dalam hidupku. Circle ini membuatku nyaman, tidak selalu memaksa untuk bersama-sama, namun mereka sangat mendukung apapun yang mau Aku lakukan, selama itu positif. Kemudian Aku memfokuskan diri Aku untuk move on dengan cara menyibukkan diri dengan teman-temanku, membangun relasi dengan teman-teman baru, dan melakukan banyak aktivitas. Lega sekali rasanya bisa lepas dari sesuatu yang enggak Aku banget, lepas dari sesuatu yang sangat menyiksa diri. Yah meskipun dalam perjalanannya Dia sempat datang lagi dan lingkungannya menyudutkanku sampai membuat Aku merasa sangat jatuh. Tapi untungnya Aku punya circle yang menguatkanku, membantuku, dan mengingatkan untuk tidak mempedulikan hal-hal yang membuatku jatuh. Sampai kemudian sekarang Aku bisa sejauh ini dan ternyata baik-baik saja. Aku bersyukur memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami, karena kalau masih berhubungan sepertinya Aku masih merasa tertekan olehnya dan lingkungannya. Perkara melepaskan, jangan pernah mempertahankan sesuatu yang malah membuatmu sakit. Lepaskanlah, karena itu akan lebih baik. Kesempatan untuk melepaskan hal buruk adalah kesempatan emas, akan rugi jika kamu lewatkan. -F, 18 Tahun.
0 Comments
Leave a Reply. |
PhilosopherPhilosopher adalah anggota Filosofi Ruang Hati yang berkontribusi melalui karya dan prestasinya Archives
February 2021
Categories |