Agustus 2015, Aku mengenal seseorang dari media sosial. Pada saat itu, kami berkenalan hanya melalui sosial media karena kebetulan kami tidak berada di satu kota yang sama. Ketika Aku pergi berlibur ke kota kelahiranku, barulah kami memutuskan untuk berkenalan secara langsung. Awalnya, Aku hanya meniatkan hubungan kita sebatas teman saja. Yah sekedar teman jalan-jalan kalau Aku pergi berlibur ke kota kelahiranku saja. Aku juga memiliki perasaan yang biasa saja kepadanya, bahkan perasaan itu hambar. Yah, sewajarnya seorang teman saja bagaimana. Namun kemudian entah ada angin dari mana, setelah pertemuan pertama itu Aku berubah menjadi wanita yang sangat mencintai orang tersebut, menjadi orang yang sangat mempercayainya. Padahal dia memiliki perilaku yang kasar dan memiliki keinginan yang melebihi batas prinsip hubungan yang Aku pegang sejak awal. Atau dengan kata lain, Aku menjadi orang yang tergila-gila kepadanya. Aku kemudian berpikir bahwa sepertinya orang ini melakukan hal ‘magis’ untuk memikatku. Sampai pada suatu pertemuan, Aku melakukan tindakan yang justru memuluskan cara ‘magis’-nya. Aku tidak bisa mengatakan apa itu, tapi yang jelas hal itu membuat Aku menjadi bodoh karena sejak itu Aku jadi semakin percaya terhadap semua cerita dan kesetiaan dia. Padahal sebenarnya dia telah berselingkuh dan mempermainkanku. Aku merasa dirugikan dong dengan apa yang telah dia lakukan karena bagiku hal itu sudah menyimpang dari prinsip yang Aku pegang. Semenjak itu, Aku merasa menjadi seperti hantu yang tidak terima diselingkuhi dan dipermainkan.
Aku kemudian menemukan sebuah penjelasan mengenai toxic relationship. Setelah dipikir-pikir, ternyata hubungan yang Aku jalani ini memang toxic. Tapi dalam hal ini, Aku justru merasa bahwa Aku adalah tersangka dan orang tersebut adalah korban. Aku merasakan hal itu selama kurang lebih 1 tahun. Sampai kemudian Januari 2018, orang tersebut memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami, Dia bahkan sampai memblokir akses yang memungkinkan Aku untuk hadir lagi di kehidupannya. Pada saat itu Aku menjadi stres selama kurang lebih 1 bulan. Saking stresnya Aku sampai tidak merasakan lapar berhari-hari. Aku hanya mengonsumsi kafein tanpa tidur, selalu murung, dan menangis ketika sedang sendirian. Aku merasa hidupku seperti zombie. Suatu ketika, setelah semuanya mulai mereda Aku dikenalkan kepada seseorang yang baru. Coba tebak siapa yang mengenalkan Aku dengan orang baru ini? Selingkuhan mantanku! Iya! Kami menjadi teman pada saat itu, proses bertemannya seperti apa tidak penting, karena cerita ini bukan tentang itu. Jadi, mari kita lanjutkan ceritanya. Orang yang dikenalkan kepadaku kita sebut saja sebagai Kakak. Kakak ini yang kemudian membantuku, mengingatkanku untuk menjauhi mantanku karena apa yang Aku lakukan adalah salah. Karena dari awal Aku sudah menyangka bahwa mantanku ini menggunakan kekuatan ‘magis’, Akhirnya Aku dibantu oleh Kakakku ini untuk terbebas dari jerat ‘magis’ tersebut. Ternyata benar adanya, perlahan setelah Kakakku menetralisir kekuatan ‘magis’ dari tubuhku, hidupku kembali terarah. Dari sini Aku sudah dapat meneruskan skripsiku yang sebelumnya terbengkalai. Hal ini membuatku seakan mendapatkan pencerahan untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yang sebelumnya Aku abaikan. Tapi cerita tidak selesai sampai disana. Setelah Aku lepas dari kekuatan ‘magis’ tersebut dan berusaha memperbaiki kehidupanku, mantanku datang kembali. Dan kebetulan, Dia datang pada saat Aku berada dalam posisi transisi emosional alias pada masa galau. Akhirnya kami menjalin hubungan kembali. Ternyata, hubungan yang kami jalani ini masih toxic juga. Tanpa perasaan sayang dan cinta, Aku justru memanfaatkan kesempatan ini sebagai ajang balas dendam. Aku memperlakukan Dia seolah-olah dia adalah tersangka. Baru pada September 2018, Aku menyadari bahwa apa yang Aku lakukan adalah salah. Lalu Aku mencari cara agar bisa keluar dari lingkaran hitam yang Aku buat sendiri. Dengan tegas Aku memutuskan untuk move on saja. Cara yang Aku lakukan untuk move on pada saat itu adalah mengunduh aplikasi pencarian jodoh. Meskipun Aku sempat memiliki pemikiran bahwa laki-laki itu sama saja seperti mantanku, Aku tetap mengunduh aplikasi tersebut. Karena tujuanku pada saat itu adalah supaya bisa move on dan mengubah sudut pandangku. Dan...meskipun Aku menyadari bahwa cara yang Aku lakukan ini salah, tapi setelah berkenalan dengan banyak teman dari aplikasi tersebut, sudut pandangku menjadi lebih terbuka, dan Aku menjadi lebih lega terhadap keadaan yang sedang Aku alami. Aku melakukan hal ini selama kurang lebih 3 bulan, sambil menjauhi mantanku itu. Sekarang, mantanku sudah hidup bebas dariku, begitupun Aku yang sudah bebas hidup tanpa. Meskipun sampai saat ini Aku masih belum bisa memaafkan diriku sendiri karena satu kesalahan yang Aku lakukan pada mantanku, tapi tak apa hal ini yang berarti menjadi PR ku selanjutnya yang harus Aku selesaikan. Tapi intinya, bagi siapapun yang sedang terjerat dalam sebuah toxic relationship, kamu harus tegas dalam bertindak. Kalau kamu memang benar-benar ingin keluar dari lingkungan hitam itu, kamu harus berani bertindak, tegas terhadap diri sendiri dan mulai menjalani hidup dengan cara yang baik. Ingatlah bahwa Tuhan memberikan kehidupan kepada manusia supaya berbuat baik dan jangan sampai menyudutkan keburukan seseorang karena manusia memang tempatnya salah. Hidup hanya satu kali, jadilah produktif dan bahagia. Semua pasti bisa dan semua bergantung pada niatnya. Perihal kekuatan ‘magis’, itu bergantung kepercayaan masing-masing. Namun yang pasti, dekatkanlah diri kepada hal-hal yang positif dan produktif. Supaya kita senantiasa dijauhkan dari hal-hal yang tidak diinginkan. Terakhir, Aku mau mengucapkan terima kasih kepada kang Zein Permana dan Filosofi Ruang Hati karena dari sana Aku mendapatkan banyak ilmu, pengalaman, dan pembelajaran sehingga sekarang Aku bisa lebih mengontrol emosi, hidupku menjadi lebih terarah, dan Aku terdorong untuk menjadi manusia yang bisa berkarya, bergerak, dan menaburkan kasih sayang tanpa batas. Aku menulis cerita ini bukan untuk menghakimi salah satu pihak, Aku hanya ingin berbagi dan semoga dapat menginspirasi. Salam, Fighting! -E, 25 tahun.
0 Comments
Leave a Reply. |
PhilosopherPhilosopher adalah anggota Filosofi Ruang Hati yang berkontribusi melalui karya dan prestasinya Archives
February 2021
Categories |