Kami adalah sepasang, em.. apa ya disebutnya? Pacaran enggak, temenan juga bukan. Teman rasa pacar lah intinya, tau kan kaya gimana? Iya gitu pokoknya. Kami menjalani sebuah hubungan sejenis teman rasa pacar selama beberapa waktu. Awalnya kami baik-baik saja, ya seperti hubungan pada umumnya. Manis, hangat, dan bahagia. Pun seperti hubungan pada umumnya, kami mengalami beberapa konflik yang tidak jarang membuat kami putus nyambung. Konflik tersebut juga sebenarnya itu-itu saja, masih seputar kesalahan yang sama. Sampai akhirnya membuatku berpikir “Ah sudahlah, orang ini memang tidak bisa berubah, tidak bisa memperbaiki kesalahannya”. Aku kemudian dengan tegas memutuskan hubungan dengannya. Yah, meskipun pada awalnya aku merasa khawatir, dan dihantui dengan pemikiran ‘Aku nanti gimana kalau jauh dari dia’. Aku rasa beberapa diantara kalian juga memikirkan hal yang sama sebelum memutuskan untuk mengakhiri hubungan. Lagi pula, siapa sih yang tidak khawatir untuk menghadapi fase baru tanpa seseorang yang pernah sangat dicintai?
Lalu aku memberanikan diri untuk mengambil keputusan ini. Setelah percakapan yang Aku rasa cukup, Aku bilang “I’m so sorry, I give up”, lalu hubungan yang kami jalani berakhir. Setelah itu, aku menangis tentu saja. Tapi tidak apa, Aku menenangkan diri sendiri dengan bilang “Just cry, you’ll be ok”. Aku melewati masa-masa yang biasa kita sebut galau. Tidak terlalu lama karena Aku dengan segera berusaha untuk move on. Toh keputusan ini juga Aku yang buat kan, jadi ya untuk apa juga berlama-lama meratapi apa yang sudah Aku putuskan. Apa yang Aku lakukan? Aku mencoba untuk tegas dengan diri sendiri, komitmen pada apa yang sudah Aku putuskan, dan berusaha untuk tidak digoyahkan oleh perasaan-perasaan sedih akibat putus. Aku juga mengatur mindset ku supaya tidak terus-terusan berpikiran hal yang negatif. Tidak hanya itu, Aku juga berusaha melakukan banyak kegiatan positif karena kalau tidak yang ada nanti pikiranku malah dipenuhi oleh kenangan tentangnya. Last but not least, jangan merasa jadi korban. Hubungan itu kan relasi dua arah, jadi kalau ada yang tidak beres dengan hubungan itu, pasti ada kesalahan dari kedua pihak. Tidak adil rasanya kalau memposisikan diri sebagai ‘korban’, karena secara tidak langsung kamu memposisikan dia, mantan pasanganmu itu sebagai ‘tersangka’. Ujung-ujungnya kamu malah akan membenci dia, tidak memaafkan dia, dan sulit untuk move on. So, yhaa jangan merasa jadi korban. Sekian ceritaku, semoga dapat menginspirasi. Bagaimana dengan cerita mu? -E, 24 Tahun
0 Comments
Leave a Reply. |
PhilosopherPhilosopher adalah anggota Filosofi Ruang Hati yang berkontribusi melalui karya dan prestasinya Archives
February 2021
Categories |